1. Judul Peneletian : “Bahasa Gaul yang Digunakan Mahasiswa Upgris 
    Kelas 3A PBSI”
2. Identitas
Nama : Aulia Shery Choriah
Kelas : 3A
NPM : 16410019
Progdi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
3. Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambing bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan  mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1984:19).
Setiap negara memiliki bahasanya sendiri-sendiri, bahkan tiap daerah memiliki bahasanya masing-masing dengan keunikan-keunikan dan kekhasannya. Bangsa Indonesia secara resmi meresmikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi yang digunakannya. Bahasa Indonesia sudah ada sebelum Indonesia merdeka, awalnya bahasa Indonesia ini berasal dari bahasa Melayu, yaitu salah satu bahasa daerah di bumi nusantara ini. Kemudian bangsa Indonesia sepakat untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi.
Di Indonesia perkembangan bahasa sangatlah pesat, muncul berbagai bahasa baru yang merupakan hasil kreasi manusia. Perkembangan bahasa akan selalu terjadi karena manusia merupakan makhluk yang berpikir. Manusia mengembangkan bahasa dengan tujuan-tujuan tertentu.
Salah satu bahasa baru hasil kreasi manusia yaitu bahasa Gaul. Bahasa yang tidak tahu pasti siapa pencetus pertamanya ini sering digunakan dan bahkan digemari oleh anak yang merasa dirinya gaul. Kata gaul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu “hidup berteman atau bersahabat”. Namun kata gaul seringkali diartikan sebagai tindakan mengikuti tren atau tidak ketinggalan jaman. Mereka beranggapan bahasa Gaul merupakan bahasa yang harus mereka pakai jika mereka anak gaul, anak yang tidak ketinggalan jaman. 
Bahasa Gaul kini semakin banyak digemari dan lebih sering digunakan oleh anak jaman sekarang terutama remaja-remaja karena bahasa tersebut dianggap gaul dan tidak ketinggalan jaman.  Mereka merasa tidak ketinggalan jaman dengan menggunakan bahasa Gaul. Namun kita juga jangan lupa dengan bahasa Indonesia yang merupakan salah satu identitas atau jati diri bangasa Indonesia. Tidak mengapa jika menngunakan bahasa Gaul tersebut, saya dan teman-teman juga menggunkan bahasa Gaul tersebut. Namun dalam penggunaan bahasa Gaul juga perlu memperhatikan kepada siapa, kapan, dan dimana kita berbicara. Saya dan teman-teman juga merupakan pemakai dari bahasa Gaul tersebut. Dari pemakaian bahasa Gaul saya khawatir bahasa Gaul tersebut akan berdampak pada penggunaan bahasa Indonesia.

4. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah wujud penggunaan
b. Bahasa Gaul dalam pergaulan?
c. Apa saja pengaruh dari penggunaan bahasa Gaul?

5. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan:
a. Wujud penggunaan bahasa Gaul dalam pergaulan
b. Pengaruh-pengaruh dari penggunaan bahasa Gaul 

6. Manfaat penelitian ini yakni untuk:
a. Memberikan wawasan mengenai bahasa Gaul yang digunakan dalam pergaulan.
b.Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai adanya pengaruh dari penggunaan bahasa Gaul.

7.Metode Penelitian 
a. Jenis Penelitian
Data yang akan saya gunakan adalah data sekunder. Jenis penelitian yang akan saya gunakan adalah penelitian kualitatif. Dengan menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrument kunci (Sugiyono, 2005).
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan cara mengcapture percakapan seseorang yang diteliti dan mengcapture kolom komentar foto yang diuploud di sosial media., Dari percakapan tersebut kemudian diamati dengan melihat kata-kata apa saja yang dipakai ketika bertutur yang berhubungan dengan bahasa Gaul.  Data yang diambil dari hasil percakapan beberapa sampel mahasiswa UPGRIS kelas 3A PBSI, yang diantaranya berlangsung di salah satu grup kelas dan kolom komentar akun sosial media.

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Sosiolinguistik 
Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari sosiologi dan linguistik, keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Untuk memahami pengertian sosiolinguistik terlebih dahulu dibicarakan apa yang dimaksud dengan sosiologi dan linguistik itu.

“Tentang sosiologi telah banyak batasan yang telah dibuat oleh para sosiolog, yang sangat bervariasi, tetapi yang intinya kira-kira adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Sedangkan linguisik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. (Chaer, Abdul dan Leoni Agustina, 2010:2)”

2. Variasi Bahasa
Variasi bahasa terjadi karena adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok masyarakat yang beragam. Variasi bahasa juga disebabkan karena para penuturnya yang tidak homogen. 
Berikut adalah beberapa penyebab adanya variasi bahasa:
Interferensi
Chaer (1994:66) memberikan batasan bahwa interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu. Bahasa daerah menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi, sehingga rasa cinta terhadap bahasa nasional terkalahkan oleh bahasa daerah.
Integrasi
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk dan sudah dianggap, diperlukan dan dipakai sebagai bagian dari bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah di sesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi seperti montir, sopir, dongkrak.

3. Alih Kode dan Campur Kode
Chaer (1994:67) menyatakan bahwa alih kode adalah beralihnya suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa lain). Campur kode adalah dua kode atau lebih di gunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994:69). Diantara dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia di campurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah, begitu juga sebaliknya. Dalam kalangan orang terpelajar sering kali bahasa Indonesia di campur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.

4.Bahasa Gaul
Bahasa Gaul merupakan dialek non formal yang digunakan oleh kalangan tertentu, bersifat sementara, merupakan variasi bahasa, pengguanaanya meliputi: kosakata, ungkapan, singkatan, intonasi, pelafalan, pola, konteks serta distribusi. Bahasa Gaul digunakan untuk berkomunikasi atau untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompoknya supaya orang lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Namun bukan hanya itu, bahasa Gaul digunakan oleh anak muda dengan alasan karena mereka tidak mau ketinggalan jaman. Bahasa Gaul merupakan variasi dari bahasa. Contoh bahasa Gaul terbaru tahun 2017 yaitu: unch, yups, tercyduk, kuy, dan lain-lain.


HASIL PENELITIAN 
DAN PEMBAHASAN

Data Penelitian.





1. Pembahasan/Analisis Data
Pada gambar 1 terjadi pemakaian bahasa Gaul, pemakaian bahasa Gaul terjadi di salah satu grup yang anggota grupnya merupakan mahasiswa UPGRIS kelas 3A PBSI. Bisa dilihat pada Gambar 1, Si Weny dan Si Novita member ucapan terima kasih kepada semua anggota grup dengan menggunakan sapaan bahasa Gaul ‘gaes’. Lalu Si Dian juga menggunakan bahasa Gaul ‘maciw’ atau sering ditulis mengguankan double huruf a ‘maaciw’. Semua bahasa Gaul yang digunakan tentu memiliki arti, yaitu:
gaes: berasal dari kata Guy (bahasa Inggris) yang secara kasar diartikan sebagai teman atau kawan setia. Meskipun arti sebenarnya kasar, namun justru ini menjadi salah satu bahasa Gaul yang biasa digunakan hampir sebagain mahasiswa UPGRIS kelas 3A PBSI
maciw: merupakan bentukan dari kata terima kasih yang dianggap oleh penggunanya sebagai bahasa yang gaul. Artinya tetap sama yaitu ucapan terima kasih. Penyampaiannya kata terima kasih dengan mengubah bentuknya menjadi ‘maciw’ selain supaya terlihat gaul juga supaya lebih akrab.  
Terjadi pemakaian bahasa Gaul pada Gambar 2, Si Winda bertanya kepada anggota grup dimana ruang kelas pada hari itu. Lalu secara bersamaan tiga orang anggota grup memberitahu Si Winda dimana ruangannya pada hari itu. Si Winda pun mengucapkan terima kasih dengan menggunakan kata sapaan diakhir ‘gengs’. 
Gengs: digunakan untuk menyebut lebih dari satu teman (cewek/cowok).
Pada gambar 3 juga terjadi pemakaian bahasa Gaul. Bisa dilihat pada gambar, Si Weny menggunakan salah satu kata yang merupakan bagian dari bahasa Gaul yaitu ‘kuy’. 
Kuy: artinya merujuk pada ajakan, kuy merupakan kebalikan dari kata ‘yuk’ yang artinya juga sama yaitu ajakan.
Si Dian menggunakan bahasa gaul yaitu pemakaian kata ‘gabut’. Bisa dilihat pada Gambar 4. Meskipun penulisannya sedikit berbeda yaitu ‘gabuts’, namun artinya akan tetap sama saja. Si Dian merasa badmood, sehingga dia mengatakan bahwa dirinya ‘gabuts’.
gabut: bisa diartikan sebagai badmood, bete dan malas melakukan kegiatan.
Selanjutnya, pada gambar 5 Si Santi menggunakan kata yang merupakan bahasa Gaul ‘ngets’ dan ‘tercyduk’. Si Santi menggunakan kata ‘ngets’ yang merupakan kata bentukan dari kata ‘banget’. Si Santi sengaja menggunakan kata ‘ngets’ supaya terlihat gaul dan terkesan santai jika digunkan dengan sesama teman yang sudah akrab. 
Ngets: memiliki arti yang sama dengan kata ‘banget’, hanya penulisannya saja yang berbeda. Kata banget sendiri memiliki arti sangat.
Tercyduk: kata ‘tercyduk’ ini masuk dalam KBBI, namun untuk mencarinya ganti huruf y pada tercyduk dengan huruf i. Maka akan ditemukan arti dari kata ‘tercyduk’ yaitu bentuk pasif dari menciduk yang menandakan suatu tindakan yang dilakukan dengan tidak sengaja atau sudah selesai dilakukan atau bisa diartikan benda atau orang yang sudah diambil dan ditahan. 
Pada gambar 6 Si Sofi tiba-tiba mengirimkan sebuah foto dan menyebut orang pada foto tersebut dengan kata ‘jomblo’. Kata ‘jomblo’ merupakan bagian dari bahasa Gaul.
Jomblo: biasa digunakan anak gaul unuk menyebut orang yang tidak memiliki pasangan atau bisa diarikan orang yang tidak memiliki ikatan/hubungan dengan lawan jenis (pacar).  
Pada gambar 7 Si Santi kembali menggunakan bahasa Gaul. Si Santi dalam percakapan menyebut kata ‘pencitraan’ yang ia tujukan kepada Si Winda.
Pencitraan: diartikan kepura-puraan terhadap publik. Kata ‘pencitraan’ ini biasa digunakan untuk menyebut artis yang sering membuat rumor/isu kemudian memperbaiki citranya di depan publik, namun istilah kata ‘pencitraan’ sekarang banyak digunakan oleh anak kalangan muda. Karena mereka menganggap bahwa kata tersebut gaul.
Pada gambar 8 Si Santi menyebut si Winda dengan kata ‘tukang tikung’. Tikung sendiri memiliki makna yang berhubungan dengan jalan raya misalnya kata tikungan tajam. 
Tukang tikung: diartikan sebagai orang yang mengambil pacar orang. 
Pada gambar 9 Si Novita mengomentari chat dari Si Santi dengan menggunakan salah satu kata yang merupakan bagian dari bahasa Gaul yaitu kata ‘baper’. 
Baper: baper adalah kata singkatan dari kalimat ‘bawa perasaan’. Bisa diartikan semacam perasaan yang datang secara tidak sengaja dan bila dilanjutkan bisa menimbulkan perasaan. 
Pada gambar 10 Si Weny mengomentari sebuah foto yang diuploud di instagram dengan kata ‘ngehits’. Kata tersebut sangat sering digunakan anak remaja yang menganggap dirinya gaul.
Ngehits: kata ini berasal dari kata ‘hits’, hits berati tenar/terkenal. 
Pada gambar 11 Si Dian juga mengomentari sebuah foto seseorang yang diuploud di instagram dengan menggunkan salah satu bahasa Gaul yaitu kata ‘unch’. 
Kata ‘unch’ marak sekali digunakan oleh anak gaul ketika mereka melakukan percakapan di media sosial. Padahal arti yang sebenarnya dari kata ‘unch’ berati seluruh area selakangan manusia. Namun justru kata ‘unch’ ini diartikan demikian oleh anak gaul,
unch: kata ini sering digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang imut, baik itu saat beradapan dengan lawan bicara ataupun tidak berhadapan dengan lawan bicara. 
 Si Atika dan Si Selma pada gambar 12, secara bersamaan mereka mengomentari sebuah caption yang digunkana seseorang dengan kata “leh uga”. Kata yang mereka gunakan ini merupakan sala satu bagian dari bahasa yang digunakan anak gaul. 
Leh uga: merupakan bukan bentuk asli, kata ‘leh uga’ merupakan bentukan kata dari kata ‘boleh juga’. Tetapi diubah bentuknya oleh anak gaul dengan mengurangi huruf ‘bo’ pada kata ‘boleh’ dan huruf ‘j’ pada kata ‘juga’ sehingga menadi kata ‘leh uga’.

2. Pengaruh Penggunaan Bahasa Gaul 
Anak muda lebih suka menggunakan bahasa Gaul karena dengan demikian, mereka akan merasa lebih modern atau tidak ketinggalan jaman. Penggunaan bahasa Gaul ini semakin lama akan melunturkan kecintaan bahasa Indonesia itu sendiri. Sebagai anak muda yang cinta dengan bangsanya, maka hal demikianharuslah dihindari. 
Bukan hanya itu, penggunaan bahasa Gaul akan menggeser penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.  
Penggunaan bahasa Gaul yang terlalu sering akan menimbulkan sikap terbiasa menggunakan bahasa Gaul dari pada bahasa nasional bahasa Indonesia. Padahal dalam situasi formal, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, apalagi jika lawan tuturnmya adalah seorang dosen. Dengan terbiasa menggunakan bahasa Gaul dikhawatirkan saat berbicara dalam situasi  formal, tidak sengaja menyelipkan bahasa Gaul tersebut. Tentu saja hal tersebut tidak diingkan.
Siapun itu, kelak pasti akan menjadi orang tua. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu mengajari anaknya bahasa daeranya dan bahasa bangsanya dengan baik dan benar. Jangan sampai anak tidak mengenal bahasa daerahnya sendiri. Apalagi tidak mengenal bahasa bangsanya sendiri.

SIMPULAN & SARAN
Penggunaan bahasa yang dilakukan oleh penutur dan lawan tutur di atas merupakan ketidak sengajaan. Penggunaan bahasa Gaul yang dilakukan karena situasinya yang tidak formal dan lawan tutur merupakan teman sendiri, bukan dosen ataupun orang yang lebih tua yang harus dihormati. Penutur menggunakan bahasa Gaul karena terbiasa menggunkannya. 
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa, bahasa Gaul yang digunakan karena lawan tutur merupakan teman sendiri dan situasinya tidak formal. Tidak ada pelarangan dan tidak ada yang membatasi dalam penggunaan bahasa Gaul, namun sebagai penutur yang baik, haruslah tau siapa lawan tutur dan bagaimana situasinya. Bukan hanya itu, sebagai bangsa yang cinta tanah air, jangan sampai meninggalkan bahasa nasional kita yaitu bahasa Indonesia. 

DAFTAR PUSTAKA

Siswanto PHM., Suyoto, Larasati.2016. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: 
Media Perkasa.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2010. Perkenalan Awal Sosiolingistik. Jakarta: 
Rineka Cipta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel Cado-Cado

Catatan Perjalanan

Contoh Opini tentang Korupsi